Minggu, 05 Maret 2017

Demam berdarah atau Tifus ?

Demam berdarah atau Tifus ? Waspadai gejalanya yang hampir serupa


Musim hujan seperti sekarang ini merupakan musim wabah demam berdarah dengue (DBD). Banyaknya genangan air yang menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegepti menyebabkan mereka mudah berkembang biak.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue atau disingkat DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk berkaki belang-belang putih ini umumnya menggigit manusia di siang hari. Virus dengue terdiri dari empat jenis (strain), yakni dengue tipe 1, 2, 3 dan 4. Namun tipe yang dominan di Indonesia adalah tipe 3. Virus dengue menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, yang jika parah dapat menimbulkan kematian. Setelah nyamuk ini menggigit dan menularkan virus dengue, masa inkubasinya sekitar 3-14 hari, setelah masa inkubasi, penderita akan mengalami demam tinggi.

Gejalanya
Gejala penyakit DBD sering tidak terduga. Namun secara umum, penyakit ini memiliki ciri seperti panas tinggi, pusing, bahkan muntah darah. Namun sayangnya, gejala yang sama sering ditemukan pada penyakit lain. Beberapa gejala yang khas dari penyakit DBD antara lain:
  • Mendadak panas tinggi selama 2 – 7 hari, tampak lemah lesu suhu badan antara 38ºC sampai 40ºC atau lebih.
  • Tampak bintik-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang
  • Kadang-kadang perdarahan di hidung ( mimisan)
  • Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
  • Tes Torniquet positif
  • Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat
  • Hematemesis atau melena (muntah atau berak darah)

Bagaimana dengan sakit tifus?
Jika DBD disebabkan oleh virus dengue, penyakit tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama Salmonella typhi. Bakteri ini akan berkembang cepat pada tempat-tempat yang kotor. Penyebarannya dibantu oleh serangga-serangga pembawa bakteri, seperti lalat atau serangga lainnya. Jika lalat pembawa bakteri ini hinggap di makanan atau minuman yang mengandung bakteri ini, lalu kita memakan atau meminumnya, maka bisa menyebabkan terkena tifus.

Gejala
Gejala tifus antara lain adalah:
  • Pada awalnya demam tak begitu tinggi dan akan terus naik hingga mencapai lebih dari 38 derajat Celcius.
  • Pada malam hari, suhu tubuh akan meningkat dan akan kembali turun pada pagi harinya.
  • Sakit perut, mual, dan muntah
  • Lidah berwarna putih/kotor
  • Rasa lemah lesu, badan menggigil, sakit kepala
  • Urin berwarna agak kecoklatan
  • Denyut nadi melambat
  • Nyeri otot, badan pegal-pegal
  • Hilang nafsu makan
Perbedaan gejala yang khas antara DBD dengan tifus?
Sebenarnya yang paling khas bedanya adalah pola demamnya. Pada penderita DBD, gejala panas tinggi terjadi secara mendadak. Gejala lainnya adalah tampak bintik-bintik merah pada kulit, dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang. Sedangkan pada tifus, penyakit ini memiliki pola panas yang berbeda. Untuk penderita tifus, biasanya panas timbul pada sore dan malam hari. Pagi menjelang siang sudah mulai turun, lalu sore harinya kembali panas. Tifus juga mengenai saluran cerna, jadi selain ada gejala demam tinggi juga masalah di saluran pencernaan. Ciri khas lain demam dengue adalah pada hari kelima biasanya demamnya turun.Tapi hati-hati, walaupun demamnya turun tapi bukan berarti semakin baik. Ini merupakan fase yang berbahaya karena merupakan fase kritis. Sementara pada pasien tifus demam yang turun artinya penyakitnya makin baik.
Demam pada DBD mempunyai siklus demam yang khas disebut siklus demam pelana kuda. Ciri-ciri demam DBD atau demam pelana kuda :

Hari 1-3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, terkadang disertai bercak merah di kulit (tidak selalu).
Hari 4-5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan. Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
Hari 6-7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.

Hal terpenting yang harus dilakukan adalah pada hari ketiga (Fase Demam Tinggi) sebelum terjadinya pola pelana, penderita sudah diperiksakan ke dokter untuk memastikan kemungkinan DBD. Bila menunggu terjadinya pola pelana yang biasanya terjadi pada hari kelima, maka kadang sudah terlambat untuk ditangani.

Pada Fase Kritis, kejadian syok/ dengue syok syndrome dipercepat oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Kondisi ini dapat terjadi karena trombosit turun yang mengakibatkan kelainan pada pembuluh darah. Karena darah bocor, maka kebanyakan kasus kematian penderita DBD adalah akibat dari pendarahan yang berlanjut dari kondisi syok tersebut. Namun bila penanganannya cepat dan benar maka diharapkan masuk pada Fase Masa Penyembuhan
.
Cek laboratorium
Karena gejala kadang tidak sangat khas seperti yang penulis alami (tidak demam tinggi), maka pemastian diagnosanya tetap harus didasarkan pada pemeriksaan laboratorium. Pada Demam dengue, ciri khasnya adalah dengan turunnya jumlah trombosit, suatu komponen darah yang bekerja untuk pembekuan darah. Karena itulah kalau jumlahnya turun dapat menyebabkan risiko perdarahan. Trombosit yang menurun, biasanya kurang sari 100.000/ul umumnya mengindikasikan adanya demam berdarah. Jika terjadi panas tinggi 3 hari berturut-turut, sebaiknya diperiksakan ke dokter dan dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap jumlah trombosit dan hematokrit. Selain itu, untuk memastikan diagnosa infeksi virus dengue dapat dilakuan pemeriksaan lain, seperti IgG/IgM 

Dengue dan NS1 Ag Dengue.
Pemeriksaan IgG/IgM Dengue adalah untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus dengue. Ada dua antibodi yang dideteksi yaitu Imunoglobulin G dan Imunoglobulin M, dua jenis antibodi ini muncul sebagai respon tubuh terhadap masuknya virus ke dalam tubuh penderita. Imunoglobulin G akan muncul sekitar hari ke-4 dari awal infeksi dan akan bertahan hingga enam bulan pasca infeksi. Karena itu, antibodi ini menunjukkan kalau seseorang pernah terserang infeksi virus dengue, setidaknya dalam enam bulan terakhir. Imunoglobulin M juga diproduksi sekitar hari ke-4 dari infeksi dengue, tetapi antibodi jenis ini lebih cepat hilang dari tubuh. Adanya Imunoglobulin M dalam tubuh seseorang menandakan adanya infeksi akut dengue atau dengan kata lain menunjukkan kalau penderita sedang terkena infeksi virus dengue. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan ini cukup tinggi dalam menentukan adanya infeksi virus dengue.

Namun demikian, pemeriksaan IgG/IgM anti dengue tidak bisa mendeteksi virus dengue secara dini. Karena yang diperiksa adalah antibodi terhadap virus dengue dan antibodi yang baru muncul hari keempat pasca infeksi, maka pemeriksaan ini seringkali tidak dapat mendeteksi infeksi virus dengue pada penderita yang mengalami gejala panas hari ke-0 hingga hari ke-4.

Nah baru-baru ini telah dikembangkan pemeriksaan NS1 Ag, yaitu pemeriksaan yang mendeteksi bagian tubuh virus dengue sendiri. Karena mendeteksi bagian tubuh virus dan tidak menunggu respon tubuh terhadap infeksi maka pemeriksaan ini dilakukan paling baik saat panas hari ke-0 hingga hari ke -4, karena itulah pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi virus dengue bahkan sebelum terjadi penurunan trombosit. Setelah hari keempat kadar NS1 antigen ini mulai menurun dan akan hilang setelah hari ke-9 infeksi. Angka sensitivitas dan spesifisitasnya pun juga tinggi. Bila ada hasil NS1 yang positif menunjukkan kalau seseorang ‘hampir pasti’ terkena infeksi virus dengue. Sedangkan kalau hasil NS1 Ag dengue menunjukkan hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan infeksi virus dengue dan masih perlu dilakukan observasi serta pemeriksaan lanjutan. Ini terjadi karena untuk mendeteksi virus dengue diperlukan kadar yang cukup dari jumlah virus dengue yang beredar, sedangkan pada fase awal mungkin belum terbentuk cukup banyak virus dengue tetapi apabila pengambilan dilakukan setelah munculnya antibodi maka kadar virus dengue akan menurun.
Pada pemeriksaan tifus akan dilakukan dengan tes Widal. Tes ini bisa mengetahui apakah Anda terkena tifus atau tidak. Tes yang dilakukan adalah apakah pada darah mengandung bakteri Salmonella typhi atau tidak. Selain itu, tes juga bisa dilakukan dengan memeriksa tinja. Di tinja penderita tifus akan mengandung bakteri Salmonella typhi.

Bagaimana pengobatannya?
Jika tanda-tanda DBD di atas telah ditemukan, maka langkah terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Pertolongan pertama yang dapat diberikan untuk penderita adalah memberi minum sebanyak-banyaknya. Dapat berupa air masak yang dibubuhi garam oralit atau gula, susu, air kelapa, jus buah-buahan atau air teh. Untuk demamnya diberi obat penurun panas parasetamol, jika mual diberi obat anti mual. Terapi utama untuk DBD adalah terapi cairan untuk mengganti kehilangan cairan plasma akibat kebocoran pembuluh darah dan (jika ada) perdarahan. Pasien dengan demam dengue ringan dengan penurunan trombosit yang tidak telalu banyak (masih di atas 100.000) dengan gejala tanpa komplikasi dapat dirawat di rumah. Pasien perlu banyak minum dengan cairan yang mengandung elektrolit. Pasien dengan kondisi yang lebih berat harus dirawat di RS untuk mendapatkan pengawasan yang ketat, karena perkembangan penyakitnya seringkali sulit diprediksikan. Pasien mendapat cairan infus, misalnya NaCl fisiologis atau Ringer Laktat.

Sedangkan untuk tifus, selain harus istirahat total untuk mempercepat penyembuhan, pengaturan makanan yang sesuai dengan tingkat keparahan pasien (pantang sayuran dengan serta kasar), perlu diberikan antibiotik untuk membunuh bakterinya. Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon. Obat-obat ini umumnya diresepkan untuk 14 hari. Penderita tifus yang berat disarankan dirawat di RS.


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar !